Proses Menguatnya Peran Negara Pada masa Orde Baru
Proses Menguatnya Peran Negara pada masa Orde Baru
Sejak
Orde Baru dan Diangkatnya Maijen Soeharto menjadi Presiden RI.melalui ketetapan
MPRS No.XXXIII/MORS/1967.12 Maret 1967.MPRS yang di ketahui oleh A.H.Nasution
mencabut mandat atas kekuasaan Presiden Soekarno, telah banyak perubahan yang
dicapai oleh bangsa Indonesia, langkah yang dilakukannya adalah menciptakan
stabilitas ekonomi politik. Tujuan perjuangannya adalah menegakkan tata
kehidupan negara yang didasarkan atas kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD
1945.
Kabinet
yang pertama kali dibentuk adalah Kabinet AMPERA dengan tugas
menciptakan stabilitas
politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan
nasional yang disebut DWI DHARMA KABINET
AMPERA. Adapun programnya antara lain :
a.
Memperbaiki kehidupan rakyat terutama sandang dan pangan
b.
Melaksanakan Pemilu
c.
Melaksanakan Politik Luar Negeri yang Bebas dan Aktif
d.
Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk.
Jika
dilihat dari sumber internet lain,, maka rencana programnnya adalah :
1.
Untuk memuwujudkan kehidupan politik yang lebih baik, pada 23 Mei 1970, disusun
rencana pemilihan umum.
2.
Kehidupan ekonomi segera direhabilitasi mengingat kondisi yang sangat memperhatikan
dengan kenaikan harga kebutuhan pokok yang sangat tinggi, hingga mencapai 650
%.
3.
Menyusun dan melaksanakan pembangunan nasional.
Keempat
program ini disebut dengan Catur Karya Kabinet Ampera (Kabinet Amanat
Penderitaan Rakyat).
Kebijakan
sosial politik orde baru, dalam bidang politik salah satu langkah yang
dilakukan oleh Seokarno adalah melakukan fusi partai politik. Praktik tersebut
dilakukan pada tahun 1975, dengan berdasar pada UU No. 3 tahun 1975
menghasilkan komposisi sebagai berikut :
1. Kelompok
Demokrasi Pembangunan ( 11 Januari 1973 ) kelompok ini
terdiri atas partai Nasional Indonesia, Partai Kristen
Indonesia, Partai Katolik, ikatan pendukung kemerdekaan dan Partai MURBA.
2. Kelompok
Persatuan Pembangunan ( 5 Januari 1973 ) kelompok ini
terdiri atas Nahdlatul
Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Sarikat Islam Indonesia dan Partai
Islam Persatuan Tarbiyah Indonesia.
3. Kelompok
Golongan Karya yang terdiri berbagai organisasi profesi,
seperti Organisasi Buruh, Organisasi Pemuda, Organisasi Tani dan Nelayan, Organisasi
Seniman dan Organisasi Masyarakat.
Muncul
pula berbagai organisasi profesi seperti Korps Pegawai Negeri
Republik Indonesia, Federasi Buruh Seluruh Indonesia, Himpunan Kerukunan Tani
Indonesia, dan Kabinet Nasional Pemuda Indonesia.
Peran
negara juga sangat kuat karena didukung oleh pemusatan dan penguatan : sektor
militer, ekonomi dan budaya (ketiganya merupakan pijakan bagi Soeharto untuk
membangun pemerintahan yang kuat)
• Sektor
Militer : memperbaiki kinerja AD
• Sektor
Ekonomi : menambah dana bantuan LN
• Sektor
Budaya : menyebarkan organisasi turunan golkar keseluruh pelosok tanah air.
Contoh
tindakan kontra
• Peristiwa
Malari : 15 januari 1974 : arus investasi Jepang yang membanjiri indonesia, dan
mengalahkan ruang gerak ekonomi lokal.Demonstrasi menentang investasi Jepang
ketika hadir PM Jepang kakuei Tanaka, 3 mahasiswa ditangkap dg tuduhan
subversif yang mengancam stabilitas negara
• Pelaksanaan
Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK)
yang membatasi hak berserikat dan berkumpul dalam rangka mengeluarkan
pendapat
• Pengekangan
kebebasan pers (pembredelan beberapa mass media)
• Tuduhan
Subversif bagi warga negara yang melakkukan tindakan kontra kebijakan
pemerintah
Dan
adapun Kelebihan dari sistem Pemerintahan Orde Baru
• perkembangan
GDP per kapita Indonesia
• sukses
transmigrasi
• sukses
KB
• sukses
memerangi buta huruf
• sukses
swasembada pangan
• pengangguran
minimum
• sukses
REPELITA
• sukses
Gerakan Wajib Belajar
• sukses
Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
• sukses
keamanan dalam negeri
• Investor
asing mau menanamkan modal
• sukses
menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk
dalam negeri
Selain
Kelebihannya ada juga kekurangannya,, berikut kekurangansistem pemerintahan
Orde Baru :
• semaraknya
korupsi, kolusi, nepotisme
• Pembangunan
yang tidak merata menimbulkan kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah,
kaya dan miskin, jawa dan luar jawa , sebagian disebabkan karena kekayaan
daerah sebagian besar disedot ke pusat
• kritik
dibungkam dan oposisi diharamkan
• kebebasan
pers sangat terbatas
• penggunaan
kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program
"Penembakan Misterius" (petrus)
• tidak
ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)
C.Dampak
Menguatnya Peran Negara pada masa Pemerintahan Orde Baru
1. Dampak
dalam Bidang Politik
a. Adanya
Pemerintahan yang Otoriter
Presiden
mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam mengatur jalannya pemerintahan.
b. Dominasi
Golkar
Golkar
merupakan mesin politik Orde Baru yang paling diandalkan dalam menjadi
satu-satunya kekuatan politik di Indonesia yang paling dominan.
c. Pemerintahan
yang Sentralistis
Menguatnya
peran negara juga menyebabkan timbulnya gaya pemerintahan yang sentralistis
yang ditandai dengan adanya pemusatan penentuan kebijakan publik pada
pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya diberi peluang yyang sangat kecil
untuk mengatur pemerintahan dan mengelola anggaran daerahnya sendiri.
2. Dampak
dalam Bidang Ekonomi
a. Munculnya
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
b. Adanya
Kesenjangan Ekonomi dan Sosial
Pertumbuhan
ekonomi tidak dibarengi dengan terbukanya akses dan distribusi yang merata
sumber-sumber ekonomi kepada masyarakat. Hal ini mengakibatkan kesenjangan
sosial di masyarakat.
c. Konglomerasi
Pola
dan kebijakan perekonomian yang ditempuh pemerintah Orde Baru berdampak pada
munculnya konglomerasi di seluruh sektor usaha di Indonesia. Pemerintahan Orde
Baru pada awalnya memperkirakan bahwa konglomerasi ini akan menjadi penggerak
ekonomi nasional, namun pada kenyataannya pada konglomerat lebih mementingkan
bisnisnya daripada Negara
3.
Dampak dalam bidang kebudayaan
Masa
Orde Baru diakui telah banyak mencapai kemajuan dalam proses untuk mewujudkan
cita-cita nasional. Dalam kehidupan sosial budaya, masyarakat dapat digambarkan
dari berbagai sisi. Selama dasawarsa 1970-an laju pertumbuhan penduduk mencapai
2,3% setiap tahun. Dalam tahun tahun awal 1990-an angka tadi dapat diturunkan
menjadi sekitar 1,6% setiap tahun. Jika awal tahun 1970-an penduduk Indonesia
mempunyai harapan hidup rata-rata sekitar 50 tahun maka pada tahun 1990-an
harapan hidup lebih dari 61 tahun. Dalam kurun waktu yang sama angka kematian
bayi menurun dari 142 untuk setiap 1000 kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap
1000 kelahiran hidup. Hal ini antara lain dimungkinkan makin meningkatnya
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sebagai contoh adanya Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu sampai di tingkat desa atau
RT.
Dalam
himpunan Tap MPR Tahun 1993 di bidang pendidikan, fasilitas pendidikan dasar
sudah makin merata. Pada tahun 1968 fasilitas sekolah dasar yang ada hanya
dapat menampung sekitar 41% dari seluruh anak yang berumur sekolah dasar.
Fasilitas sekolah dasar yang telah dibangun di pelosok tanah air praktis mampu
menampung anak Indonesia yang berusia sekolah dasar. Kondisi ini merupakan
landasan kuat menuju pelaksanan wajib belajar 9 tahun di tahun-tahun yang akan
datang. Sementara itu, jumlah rakyat yang masih buta huruf telah menurun dari
39% dalam tahun 1971 menjadi sekitar 17% di tahun1990-an.
Dampak
dari pemerataan pendidikan juga terlihat dari meningkatnya tingkat pendidikan
angkatan kerja. Dalam tahun 1971 hampir 43% dari seluruh angkatan kerja tidak
atau belum pernah sekolah. Pada tahun 1990-an jumlah yang tidak atau belum
pernah sekolah menurun menjadi sekitar 17%. Dalam kurun waktu yang sama
angkatan kerja yang berpendidikan SMTA ke atas adalah meningkat dari 2,8% dari
seluruh angkatan kerja menjadi hampir 15%. Peningkatan mutu angkatan kerja akan
mempunyai dampak yang luas bagi laju pembangunan di waktui-waktu yang akan
datang.
Kebinekaan
Indonesia dari berbagai hal (suku, agama, ras, budaya, antar golongan dsb.)
yang mempunyai peluang yang tinggi akan terjadinya konflik, maka masa Orde Baru
memunculkan kebijakan yang terkait dengan pemahaman dan pengamalan terhadap
dasar negara Pancasila. Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 ditetapkan
tentang P-4 yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia
Pancakarsa). Dengan Pancasila akan dapat memberikan kekuatan, jiwa kepada
bangsa Indonesia serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir dan batin yang
makin baik menuju masyarakat yang adil dan makmur. Dengan penghayatan terhadap
Pancasila oleh manusia Indonesia akan terasa dan terwujudlah Pancasila dalam
kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Karena itulah diperlukan suatu pedoman
yang dapat menjadi penuntun dan pegangan hidup bagi sikap dan tingkah laku
setiap orang Indonesia. Untuk melaksanakan semua ini dilakukanlah
penataran-penataran baik melalui cara-cara formal, maupun non-formal sehingga
di tradisikan sebagai gerakan Budaya.
3.Dampak
Menguatnya Peran Negara Terhadap Perkembangan Teknologi Dan Komunikasi
Paradigma
pembangunan telah menyebar dan digunakan sebagai visi,teori,dan prosesyang
diyakini kebenaran dan keampuhannya oleh masyarakat secara luas. Di
indonesia paradigma development(ideologi pembangunan) yang menjadi
landasan pembangunan Orde Baru ternyata telah melahirkan sejumlah problem
yang dihadapi berbagai komunitas.Yaitu,antara lain:
a. Hancurnya
identitas kultural dan perangkat(komunikasi) kelembagaan yang di
milikikomunitas akibat penyeragaman oleh Orde Baru.
b. Hancurnya
basis Sumber Daya Alam(Ekonomi) komunitas akibat eksploitasi oleh
negara atas nama pembangunan.
c. Melemahnya
kapasitas komunitas dalam menghadapi problem-problem komunitas
akibat dominasi negara. Kegagalan model Teknologi dan komunikasi pada
rezim Orde Baru tersebut,telah mendorong munculnya model teknologi dan
komunikasi yang bersifat partisipasi grassroots dalam proses
komunikasi. Model komunikasi yang telah diterapkan pada masa rezim Orde
Baru meliputi:
- Seperti
media massa yang di rancang secara baku dan bersifat dari atas ke
bawah(top down).
- Serta
menempatkan masyarakat sebagai obyek dan bersifat pasif. Sehingga
berdampak/menimbulkan masalah-masalah. Masalah-masalah yang
dimaksud, sifatnya yang top down/elitis/vertikal/searah dan telah
menciptakan juranginformasi antara elit dan masyarakat kebanyakan. Elit
yang jumlahnya sedikit menjadi kaya media(informasi) karena memiliki akses
yang besar terhadap media,serta mampu membaca dan
membeli.Sementara,Masyarakat Kebanyakan tetap miskin media(informasi)
karena tidak memiki akses yang cukup. Baik dari sisi ekonomi, teknologi, komunikas
serta budaya.
Komentar
Posting Komentar